Palu- 21 oktober 2025 SD Islam Cahaya Khalifah Menyelami Sejarah, Budaya, dan Alam Sulawesi di Museum Sulawesi Tengah. Sebagai bagian dari pembelajaran tematik “Mengenal Budaya, Menghargai Perbedaan, dan Memperkuat Persatuan,” siswa kelas 5 dan 6 SD Islam Cahaya Khalifah melaksanakan kegiatan Learn to Maestro Fase C melalui kunjungan edukatif ke Museum Sulawesi Tengah. Kegiatan ini bertujuan memperkaya wawasan peserta didik tentang sejarah, budaya, dan kekayaan alam Sulawesi Tengah, sekaligus menanamkan nilai cinta tanah air serta semangat kebhinekaan.

Setibanya di museum, rombongan siswa di sambut oleh petugas museum yang ramah. Sebelum berkeliling siswa di berikan penjelasan singkat mengenai aturan kunjungan dan pentingnya menjaga benda bersejarah sebagai warisan bangsa . museum menjadi tempat belajar yang nyata, di mana siswa bisa melihat langsung artefak, peninggalan budaya serta dokumentasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia.


Siswa disambut oleh beragam koleksi historika yang merekam perjalanan panjang masyarakat Sulawesi. Mereka menyaksikan langsung batu megalitik yang menjadi bukti peradaban kuno, serta tempayan gerabah yang digunakan untuk menyimpan bahan pangan dan hasil bumi. Pemandu museum memberikan penjelasan secara interaktif. Siswa juga mencatata informasi penting untuk di diskusikan dan juga kelas 6 yang akan membuat laporan untuk tugas mereka. Siswa juga diajak mengenal masa kerajaan-kerajaan di Sulawesi, seperti Kerajaan tertua Buol dan Kerajaan Kulawi, yang menjadi bagian penting dalam sejarah lokal Sulawesi Tengah.
Menariknya, di ruang koleksi senjata, siswa dapat melihat sumpit beracun, kaliavo (tameng perang), serta berbagai jenis guma senjata tradisional masyarakat Kaili dan sekitarnya, seperti Guma Kalama, Guma Lompu, dan Guma Taono yang hingga kini masih digunakan dalam upacara adat. Setiap artefak menyimpan makna tentang keberanian, kehormatan, dan nilai budaya luhur masyarakat Sulawesi.


Memasuki ruang arkeologi, siswa juga diperkenalkan pada berbagai benda peninggalan zaman prasejarah, seperti patung batu megalitik, lesung batu, kapak batu, dan manik-manik kuno yang ditemukan di Lembah Bada, Napu, dan Besoa. Koleksi ini menunjukkan bagaimana masyarakat zaman dahulu sudah mengenal sistem kepercayaan, seni, dan kehidupan sosial. Melalui penjelasan pemandu, siswa memahami bahwa warisan arkeologi bukan sekadar benda tua, tetapi sumber ilmu pengetahuan yang membantu kita mengenal asal-usul kebudayaan dan peradaban manusia di Sulawesi Tengah.
Etnografika: Ragam Warna Budaya Sulawesi Tengah
Di ruang etnografi, para siswa dibuat kagum dengan koleksi busana tradisional dari berbagai suku di Sulawesi Tengah, seperti baju adat suku Kaili, Kulawi, Lore, Toli, Buol, Teluk Tomini, Banggai, Saluan, Balantak, Mori, Bungku, dan Pamona.
Setiap pakaian memiliki corak, warna, dan hiasan khas yang menggambarkan nilai, status sosial, dan filosofi kehidupan. Selain itu, mereka juga melihat Potevulu, wadah kecil tempat meludah setelah mengunyah sirih—sebuah tradisi sopan santun khas masyarakat setempat. Kain tradisional seperti kain besa pun menarik perhatian dengan motif indahnya yang sarat makna budaya dan spiritualitas.
Mengenal Fauna Endemik Sulawesi Tengah
Kunjungan ini tak hanya memperkenalkan sejarah dan budaya, tetapi juga kekayaan fauna endemik Sulawesi Tengah yang unik dan tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Melalui koleksi di museum dan penjelasan pemandu, siswa belajar tentang hewan-hewan khas yang menjadi kebanggaan pulau Sulawesi, seperti:
- Tarsius spectrum – primata mungil bermata besar yang aktif di malam hari.
- Anoa – hewan endemik Sulawesi yang menyerupai kerbau kecil, simbol ketangguhan dan kekuatan.
- Babi rusa – dikenal dengan gading melengkung ke atas, menjadi ciri khas fauna Sulawesi.
- Tangkas (Bajing Sulawesi) dan berbagai jenis burung endemik seperti Maleo, burung yang unik karena menanam telur di pasir panas bumi.
Melalui penjelasan ini, siswa memahami pentingnya menjaga kelestarian alam dan satwa endemik, karena keberagaman hayati juga merupakan bagian dari kekayaan budaya bangsa.


Kegiatan Learn to Maestro Fase C menjadi pembelajaran bermakna bagi siswa SD Islam Cahaya Khalifah. Melalui kunjungan ke museum, mereka tidak hanya memperoleh ilmu, tetapi juga pengalaman hidup yang menumbuhkan karakter, empati, dan kebanggaan terhadap jati diri bangsa.
Dengan semangat “Belajar dari sejarah, berakhlak dalam budaya,” kegiatan ini diharapkan mampu membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, berbudaya, dan cinta Indonesia.


